12.03.2008

MANHAJ

MANHAJ RASULULLAH

Saudaraku kaum muslimin !
Disamping kewajiban merealisasikan tauhid dan menghindari hal-hal yang bertentangan dengannya atau yang dapat menafikkannya, kita juga mesti berusaha agar tetap berada dalam didalam lingkungan metode/manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah"Alfirqah An Najiyah"(golongan yang selamat) dalam segala aspek, baik aqidah maupun muamalah. yaitu metode generasi pertama/salaf umat ini, dari kalangan sahabat dan orang-orang setelah mereka. Ahlus Sunnah memiliki metode/manhaj dalam bab iman kepada Asma dan Sifat/nama-nama sifat Allah dan masalah aqidah lainnya.Demikian juga dengan masalah-masalah suluk/kelakuan, akhlak, muamalah dan ibadah serta aspek kehidupan, mereka memiliki manhaj yang jelas.
Oleh sebab itu tatkala Nabi s.a.w menyebut bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, beliau bersabda :
"Semua golongan itu akan masuk neraka, kecuali satu golongan".ditanyakan kepadanya:" siapa mereka?. Beliau menjawab:"Mereka adalah orang-orang yang manhaj agamanya sepertiku dan sahabat-sahabatku sekarang".
Beliau tidak mengatakan:"Mereka ialah orang-orang yang mengatakan ini dan itu atau yang melakukan ini dan itu..."saja. Akan tetapi mereka yang selamat itu adalah orang-orang yang mengikuti manhaj Rasulullah dan para sahabat dalam segala hal.
Oleh karena itu kewajiban anda adalah :
1. Dalam bab sifat, anda mesti mengimani semua sifat-sifat Allah yang disebutkan-Nya atau yang disebutkan oleh Rasul-Nya tanpa merubah/thariif, membayang-bayangkan/takyiif, menyamakannya dengan makhluk/tamtsiil dan membatalkan atau menolak/ta'thiil. Artinya tidak boleh menafikkan kecuali sifat yang dinafikkan-Nya dan tidak boleh pula menyamakannya dengan makhluk, berdasarkan firman Allah :
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia (Allah), dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat".(QS:As-Syura:11)
2.Meyakini bahwa sesungguhnya Al-Qur'an adalah Kalamullah/firman Allah yang diturunkan-Nya bukan makhluk. Daripada-Nya berawal dan kepada-Nya akan kembali.
3. Beriman kepada hal-hal yang kan terjadi setelah kematian, keadaan alam kubur/barzakh dan hal-hal ghaib lainnya.
4. Meyakini bahwa iman itu adalah perkataan dan perbuatan, meningkat seiring dengan bertambahnya ketaatan, dan menurun sesuai dengan banyakanya maksiat/dosa.
5. Tidak mencap seseorang kafir karena dosa yang dilakukannya selain dosa syirik, selama dia tidak menganggap halalnya dosa itu. Dan meyakini bahwa sesungguhnya pelaku dosa besar apabila bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya, dan apabila ia mati sebelum bertaubat, maka ia berada dibawah masyiah/kehendak Allah. Jika ia dikehendaki diampuni_nya, dan kalau dia dikehendaki disiksa-Nya terlebih dahulu, kemudian dimasukkanNya kedalam surga.
Dan sesungguhnya tidak kekal dineraka,kecuali orang yang terjerumus dalam kekafiran dan kemusyrikan.Dan meninggalkan shalat termasuk kekafiran.
6. Ahlus Sunnah mencintai, memuliakan dan loyal kepada para sahabat, tanpa membeda-bedakan apakah mereka dari kalangan ahlul bait/keluarga Rasulullah atau bukan. Namun tidak berkeyakinan bahwa ada diantara mereka yang ma'shum. Dan sahabat yang paling utama adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhum. Ahlul Sunnah memilih tidak mengungkit-ungkit perselesisihan yang pernah terjadi dikalangan sahabat, karena para sahabat itu adalah orang-orang yang berijtihad. Barangsiapa yang benar ijtihadnya mendapatkan dua pahala, dan siapa yang salah mendapat satu pahala.
7. Ahlus Sunnah meyakini adanya karamah bagi para wali. Mereka ialah orang-orang shaleh dan bertaqwa. Allah berfirman :
"Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriamn dan mereka selalu bertaqwa."(QS:Yunus:62-63)
8. Ahlus Sunnah berprinsip, tidak boleh melakukan perlawanan kepada pemimpin/pemerintah, selama ia masih mendirikan shalat dikalangan mereka, dan mereka belum melihat padanya kekafiran yang nyata yang dapat dibuktikan dengan keterangan dari Allah.
9. Mereka juga beriman kepada Qadar/ketentuan baik dan buruk dari Allah dalam semua tingkatannya. Disamping itu mereka percaya bahwa manusia musayyar/diatur dalam berbuat, sekaligus mukhayyar/diberi kebebasan memilih. Maka Ahlus Sunnah tidak menafikkan adanya qadar dan tidak pula menafikkan kebebasan manusia menentukan pilihannya, akan tetpi mereka mempercayai keberadaan keduanya.
10.Ahlus Sunnah mencintai kebaikan bagi segenap manusia. Mereka adalah sebaik-baik manusia, bahkan merekalah ornang yang paling adil kepada sesama.

Semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk nabi kita Muhamamd s.a.w.

www.bentengtauhid.blogspot.com

Tidak ada komentar: