HUKUM ISTIGHATSAH KEPADA RASULULLAH
Kami mendengar ada orang berdo'a dengan mengatakan:'Mohon bantuan, wahai Rasulullah!', atau "Mohon bantuan, wahai Nabiullah!' Bagaimanakah hukumnya do'a-do'a seperti ini ?'
Jawabnya : Perkataan seperti ini termasuk syirik besar, karena, maknanya adalah meminta bantuan/istighatsah kepada Nabi.
Semua ulama sunnah/aqidah, dari kalangan sahabat r.a dan pengikut mereka telah sepakat mengatakan, bahwa meminta bantuan/beristighatsah kepada orang-orang yang sudah meninggal, baik para nabia dan lai-lain, atau makhluk-makhluk ghaib, seperti malaikat, jin dan sebagainya, atau berhala-berhala, batu-batu, pohon-pohon dan bintang-bintang dan seumpamanya, adalah syirik besar.
Dasarnya adalah firman Allah Ta'ala:
"Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya disamping/menyembah Allah".(QS:Al-Jin:18)
Dan firman-Nya pula :
"Yang berbuat demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaanlah kerjaan. Dan orang-orang yang kamu seru sembah selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar, dan jikalau mereka mendengar mereka tiada dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka kan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui".(QS:Faathir:13-14)
Dan firman Allah yang lain terdapat pada : QS.Al Mu'minun:117, QS.An Nahl:36, Qs. An Anbiyaa':25, QS.Huud:1-2, QS.Az-Zumar:1-3
Didalam ayat-ayat diatas Allah menjelaskan, bahwa tujuan diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab ialah agar Dia-lah satu-satunya tuhan yang disemabh, tiada sekutu bagi-Nya dalam segala macam bentuk inadah, berdo'a, meminta bantuan/istighatsah, takut ,berharap, shalat, puasa, menyembelih dan lain-lain. Dia juga mengabarkan bahwa orang-orang musyrik Quraisy dan orang-oarng selain mereka, mengatakan kepada rasul dan penyeru kebenaran:"Kami tidak menyembah wali-wali itu, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-sedekatnya".
Artinya orang-orang kafir itu beribadah/menyembah wali-wali itu dengan harapan mereka dapat mendekatkan mereka kepada Allah sedekat-dekatnya dan supaya mereka memberikan syafaat disisi Allah, bukan karena keyakinan bahwa mereka itu ikut menciptakan makhluk, memberi rezki dan ikut mengatur alam. Namun Allah tetap mendustakan dan menghukum mereka kafir. Dia berfirman:
"Sesungguhnya Allah kan memutuskan diantara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar".(QS.AzZumar:3)
Di dalam ayat diatas Allah menjelaskan bahwa sesungguhnya mereka itu adalah berdusta dalam ucapan mereka : "Sesungguhnya wali-wali yang disembah selain Allah itu dapat mendekatkan mereka kepada Allah sedekat-dekatnya",dan Allah menjatuhkan hukuman bahwa mereka itu adalah orang-orang kafir.Allah berfirman :
"Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar".(QS.Az-Zumar:3)
Pada ayat lain dalam surat Yunus Allah menjelaskan, bahwa mereka berkeyakinan sembah-sembahan mereka selain Allah itu adalah pemberi syafaat mereka disisi Allah. Lebih jelas dilihat pada surah Yunus:18 dan Qs.Adz Dzaariyaat:56.
Maka yang wajib dilakukan seluruh jin dan manusia ialah memurnikan ibadah hanya kepada Allah dan berhati-hati jangan sampai beribadah kepada selain-Nya, baik para nabi maupun selain mereka dengan cara meminta bantuan atau bentuk-bentuk ibadah yang lain. hal ini demi mengamalkan ayat-ayat diatas dan ayat-ayat lain yang semakna dengannya. Ini juga demi mengamalkan hadits-hadits yang shahih yang menjelaskan bahwa para rasul datang menyerukan kepada manusia untuk mentauhidkan Allah dan mengkhususkanNya dengan ibadah. Disamping itu mereka mengumumkan larangan berbuat syirik dan beribadah selain kepada-Nya.
Inilah landasan utama agar agama islam, dimana Allah mengutus rasul, menurunkan kitab, dan menciptakan jin dan manusia untuk melaksankannya. Maka barangsiapa yang meminta bantuan/istighatsah kepada nabi-nabi dan selain mereka, atau mendekatkan diri kepada mereka dengan semacam ibadah, berarti ia telah menyekutukan Allah dan menyembah yang lain disamping menyembah Allah. dengan itu, ia termasuk dalam golongan yang disebutkan Allah dalam firmanNya:
"Dan seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyapalh dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan".(QS.Al An-am:88)
Dlam surh lain di: QS.Az-Zumar:65, Qs:An-Nisaa:48, QS.Al Maa-idah:72.
Dan tidak ada yang mendapat pengecualian dari ayat-ayat diatas, kecuali orang-orang yang belum sampai dakwah Islam kepada mereka, disebabkan mereka tinggal jauh dari negeri kaum muslimin, sehingga Al-Qur'an dan Sunnah belum sampai kepada mereka.
Orang yang kondisinya seperti ini, urusannya kembali kepada Allah Ta'ala. Dan menurut yang shahih diantara pendapat para ulama, bahwa mereka nantinya akan diuji Allah pada hari kiamat. Apabila mereka ta'at kepada perintah Allah, kan masuk surga. Dan bila mereka durhaka, akan masuk neraka.
Demikian juga halnya dengan anak-anak orang-orang musyrik yang meninggal sebelum baligh/dewasa. Yang shahih diantara pendapat ulama ada dua :
Pendapat pertama: Mereka nantinya diuji Allah pada hari kiamat. Apabila mereka menuruti perintah Allah, mereka masuk surga. dan apabila mereka ingkar, akan masuk neraka. Ini berdasarkan sabda Rasulullah tatkala beliau ditanya tentang kedudukan mereka:
"Allah yang lebih tahu dengan apa yang mereka kerjakan".
Dan apabila mereka diuji pada hari kiamat, nyatalah ilmu Allah tentang mereka.
Pendapat kedua: Mereka itu termasuk penduduk surga, karena sesungguhnya mereka meninggal dalam keadaan fitrah/suci sebelum mendapatkan taklif/kewajiban agama. Dalam hadits shahih Rasulullah bersabda:
"Setiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan suci",
"Setiap bayi itu dilahirkan dalam agama islam ini. maka kedua orangtuanyalah yang membentuk mereka menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi",
Dan didalam hadits shahih diriwayatkan bahwa Rasulullah melihat nabi Ibrahim a.s bersama anak-anak kaum musyrikin disalah satu taman surga.
Inilah pendapat paling kuat berdasarkan firman Allah:
"Dan Kami(Allah) tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul",(QS:Al-Isra':15)
Didalam kitab"Fathul Baari" juz 111 halaman 247, Penjelasan/syarah bab:"Pendapat ulama tentang anak-anak kaum Musyrikin" dari kitab"Al Jana-iz", Al Hafizh Ibnu Hajar menukil, bahwa inilah pendapat yang benar yang dipilih para ulama muhaqqiqin/peneliti.
Dan tidak termasuk perbuatan syirik meminta tolong atau bantuan kepada seseorang yang masih hidup dan hadir, selama yang diminta itu mampu dilakukannya. Hal ini berdasarkan kisah Musa a.s bersama seorang bangsa Qibty dalam firman Allah Ta'ala:
"Dan Musa kota memphis ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya didalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi: yang seorang dari golongannya bani israel dan seorang lagi dari musuhnya/kaum firaun. Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya dan matilah musuhnya itu. Musa berkata:" Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata".(QS.Qashash:15)
Dan karena setiap manusia secara fitri pasti membutuhkan bantuan saudaranya yang lain, baik dalam jihad maupun dalam keadaan lainnya. Yang penting, selama bantuan yang dimintanya kepada orang lain itu adalah sesuatu yang mungkin dilakukannya, maka permintaan seperti ini tidak termasuk kepada perbuatan syirik. akan tetapi hal itu dianggap sesuatu yang biasa dan dibolehkan, bahkan mungkin saja kerja sama seperti ini sunnatkan atau diwajibkan sesuai dengan dalil-dalil syari'at yang menjelaskannya. Dan Allah Yang Maha Pemberi taufiq.
www.bentengtauhid.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar